Industri Kulit Lokal Memikat Investor Hongkong dan Taiwan

Tidak ada komentar
Surabaya Post Online. Pesatnya industri alas kaki di Indonesia mulai mengundang investor asing masuk. Sebanyak empat pabrik penyamak kulit asal Hongkong dan Taiwan menyatakan siap melakukan ekspansi dengan merelokasi pabriknya ke Indonesia.
Tahun lalu, Ketua Umum Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Senjaya mengatakan, dari keempat perusahaan tersebut hanya ada satu pabrik yang sudah bisa diungkap yaitu Thong Hong dari Taiwan. Nilai investasinya sebesar USD 15 juta-20 juta (Rp 131,6 miliar-Rp 175,5 miliar).
Menurut rencana, Thong Hong akan membangun pabrik di Serang dan mulai beroperasi pada tahun ini (2011) dengan kapasitas produksi 2 juta square feet (185.800 m2) kulit jadi per bulan. “Tiga lainnya, dua dari Taiwan dan satu dari Hongkong, mereka masih wait and see,” ucap Senjaya saat jumpa pers di Kementrian Perindustrian, Mei tahun lalu.
Menurut Senjaya, dua perusahaan asal Taiwan yang masih wait and see itu adalah Mai Se dan Xing Ang, sedangkanyang dari Hongkong adalah Chang Li Hong. “Masing masing akan berinvestasi USD 15 juta (Rp 131,6 miliar),” terusnya.
Ketika investasi terealisasi, menurut Senjaya, masing masing perusahaan akan mengolah kulit setengah jadi dari impor untuk diolah menjadi bahan baku kulit untuk produsen sepatu atau alas kaki di Indonesia. “Kebutuhan kulit sapi Indonesia itu sekitar 5 juta lembar per tahun dan dari lokal hanya tersedia sekitar 2 juta. Maka sisanya impor,” ungkapnya.
Sementara untuk kulit kambing atau domba Indonesia membutuhkan 25 juta lembar per tahun, sementara produksi lokal hanya memenuhi sekitar 5 juta lembar saja. Sisanya impor. “Namun impor dari Austrlia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat itu harganya sudah tinggi,” imbuhnya.
Sekjen Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan, sebagian besar produksi sepatu di dalam negeri adalah untuk ekspor. “Untuk (ekspor) tahun 2009 itu ada penurunan sekitar 3 persen dan untuk tahun 2010 kita harapkan meningkat tajam. Saya bisa katakan di atas 15 persen untuk ekspor,” ungkapnya.
Binsar merinci, ekspor sepatu tahun 2008 mencapai USD 1,8 miliar (sekitar Rp 15,8 triliun) dan turun pada 2009 menjadi USD 1,72 miliar (Rp 15,1 triliun). “Tahun ini (2010), ekspor mulai Januari sudah ada datanya hampir USD 160 juta (Rp 1,4 triliun). Jadi naik sebesar 25 persen pada periode yang sama untuk tahun lalu (2009),” ucapnya. ins

Tidak ada komentar :

Posting Komentar